Toyota 'Hardtop' versi Medium Wheelbase yang sempat menghebohkan kolektor diJakarta pertengahan tahun 1990-an. Ternyata, peninggalan mantan presiden Soeharto.
Teks: Parikesit, Yusran Hakim Foto: Iman Firman
TOYOTA Land Cruiser BJ44? Aha, kecuali bagi para ‘TLC enthusiast’, model BJ44 sepertinya memang kurang familiar dibanding BJ40 alias Toyota “Hardtop” Land Cruiser seri 40 bermesin diesel. Apalagi jika dibandingkan dengan TLC FJ40 yang sangat legendaris. Tak banyak yang mengetahui keberadaan BJ44 di Indonesia, karena “Toyota Hardtop” ber-wheelbase menengah (medium) ini memang tidak dipasarkan di negeri ini. Tak heran jika kemunculan sosok BJ44 di ajang pameran mobil klasik OICCS pada pertengahan Desember 2011 lalu sempat membuat heboh. Apalagi kondisinya kala itu seperti mobil baru, betul-betul ‘gres’.

TLC BJ44 pertama kali dilansir tahun 1979, menggantikan BJ43, dan hanya disediakan untuk pasar Jepang. Kendati begittu,secara sporadis dan amat terbatas Toyota juga menyediakan pesanan BJ44 untuk negara-negara seperti Rusia, Australia dan Selandia Baru. Versi pertama BJ44 ini masih beratap kanvas, namun pada tahun 1980 Toyota juga meluncurkan BJ44 juga versi V yang beratap hardtop. BJ44 dan BJ44 V dilengkapi mesin tipe 2B berkapasitas 3.168cc dengan transmisi manual 4-speed H41. Pada tahun 1982, BJ44 terakhir sudah mengusung mesin tipe 3B dan transmisi manual 4-speed. Mesin 3B ini juga telah dielngkapi sistem “superglow” untuk mempercepat proses menyalakan mesin.
Toyota Land Cruiser memang sudah tidak asing bagi Michael yang dikenal juga pecinta jip Jepang. Sebelum memiliki BJ44, ia telah mengoleksi empat unit Toyota FJ25 (buatan tahun 1957, 1958, 1959 hingga 1960). Makanya Michael meerasa seperti ‘setengah gila’ ketika megetahui keberadaan TLC BJ44 di tanah air. Ia tahu persis, jika terdengar lebih dulu oleh kolektor lain maka kemungkinan besar ia bakal kehilangan kesempatan memilikinya. “Jip Hardtop ini pernah jadi rebutan para kolektor ketika dibawa ke Jakarta pada tahun 1995, namun si pemilik belum berniat menjualnya kala itu,” terang Michael.
![]() |
Orisinal JDM |

![]() |
Winch PTO orisinal baru |
Alasan lainnya, mobil ini terbilang amat langka dan merupakan versi Medium Wheelbase (MWB) serta spek Jepang. O ya, BJ44 yang satu ini merupakan tipe LX, yaitu tipe yang mengadopsi paket Luxury seperti halnya BJ44V (pertama keluar tahun 1980, hanya untuk pasar Jepang). Bedanya, BJ44V dibekali velg baja berwarna putih serta area bumper,grill dan cover pelat nomor sudah diberi sentuhan chrome dan pengait kap mesin berwarna hitam. Sementara tipe LX dengan velg palang enam berwarna putih, dashboardmewah dengan tachometer dan panel berlapis kulit upholstery berwarna coklat serta jok kulit berwana coklat pada interior model hardtop. Baik BJ44V maupun BJ44 tipe LX telah dibekali pendingin udara (AC), foor mats berwarna cokelat dan konsol tengah sebagai fitur standar.
![]() |
Tuas kontrol winch PTO |
![]() |
Kolong bagian depan |
Satu per satu panel bodi BJ44 dibersihkan. Lis karet kaca tentu ikut pula dilepas. “Beruntunglah kondisi lis kacanya masih bagus sehingga hanya dibersihkan saja,” terang Michael. Baut-baut bodi pun hampir 98 persen masih mengandalkan aslinya karena kondisinya masih sangat baik. Bukan perkara mudah pula untuk mengecat ulang bodinya. Setelah melalui pelbagai proses perbaikan bodi mulai dari dikerok, sunblasting, ampelas dan epoxy, proses pengecatan tidaklah sederhana. Michael harus menjelajah dunia maya untuk mencari cat yang sesuai aslinya. Kode catnya memang masih tertera di vin number pada mesin. Ia pun akhirnya mendapatkan warna Ribbon Red 309 keluaran Nippon Paint. Akhirnya, warna merah khas BJ44 ini pun didapat dari racikan perusahaan Nippon Paint di Jakarta. Untuk mendapatkan hasil cat maksimal, catnya diulang hingga 2-3 kali pengecatan.
![]() |
Kolong bagian belakang |
Beruntunglah interiornya masih orisinal. “Kebetulan mobil ini banyak di dalam gudang, sehingga interiornya masih asli dan hanya perlu dibersihkan saja,” ungkap Michael. Body mounting diganti dengan milik FJ40. “Bentuknya persis seperti punya FJ40 sehingga mudah diperoleh di sini,” terang Michael. Hanya saja karena bodi BJ44 yang lebih panjang maka membutuhkan body mounting lebih banyak. Shock absorber yang sejatinya menggunakan merek Tokico kemudian diganti buatan Old Man Emu. “Supaya dikendarainya juga nyaman dan mantab,” ujar Michael. Per daun di depan dan belakang tetap aslinya, hanya dicat ulang dan digantibushing-nya dengan bahan Teflon yang lebih kuat.
![]() |
Kabin depan |
Beberapa komponen dan aksesorinya pun ia pesan dari negeri Sakura. Mulai dari saluran pembuang filter udara, radiator, switch dan flasher, lampu kabin, lampu depan, grille dan bumper, kaca spion dan tiang spion, stiker pada bodi dan mesin. Kendala yang ia hadapi hanyalah mencari velg yang sesuai dengan aslinya. “Sebelumnya memakai velg racing dan akhirnya saya ganti dengan velg standar yang diperoleh dari Amerika Serikat. Velg ini sama dengan velg kepunyaan Toyota FJ60. Begitu pula dengan hub roda yang didatangkan langsung dari negeri Paman Sam,” terang Michael.
![]() |
Jok belakang mewah model BJ44 V |